Rabu, 02 Januari 2019

Sejarah mandailing


Asal Asul Mandailing, Sejarah dan Kebesaran Marga-marga
MANDAILING kini ramai diperbincangkan publik menyusul pernikahan puteri Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Kahiyang Ayu dengan Bobby Nasution, pemuda kelahiran Medan yang berasal dari etnis Mandailing.

Apa itu Mandailing dan bagaimana asal-usul marga yang dimilikinya? Cerita Pagi kali ini akan mengulasnya dari beberapa sumber dan literatur sejarah. 

Penulis tidak bermaksud untuk membuka polemik terkait keberadaan etnis Mandailing dan suku Batak di Sumatera Utara mengingat struktur sosial di Sumatera Utara (Sumut) yang begitu kompleks. Meski banyak suku, agama, bahasa, adat istiadat, dan sub etnis maupun golongan, masyarakat Sumut tetap hidup rukun dan menjadi miniaturnya Indonesia.

Secara garis besar, Mandailing adalah salah satu suku yang banyak ditemui di utara Pulau Sumatera atau lebih spesifik berada di selatan Provinsi Sumut. Suku ini memiliki ikatan darah, nasab, bahasa, aksara, sistem sosial, kesenian, adat, dan kebiasaan tersendiri yang berbeda dengan Batak dan Melayu.

Generalisasi kata Batak terhadap etnis Mandailing umumnya tak dapat diterima oleh keturunan asli wilayah itu. Meski sebagian masih mengakui dirinya bagian dari suku Batak.

Abdur-Razzaq Lubis dalam bukunya “Mandailing-Batak-Malay: A People Defined and Divided. In: 'From Palermo to Penang: A Journey into Political Anthropology', University of Fribourg, 2010, mengemukakan, bahwa penjajahan Belanda di Sumatera menyebabkan Mandailing menjadi bagian dari Suku Batak berdasarkan aturan irisan yang dibuat untuk mengklasifikasi dan membuat tipologi.

Akibatnya Suku Mandailing melebur menjadi satu yang dinamai Suku Batak Mandailing di Indonesia dan Suku Melayu Mandailing di Malaysia.

Mengenai sejarah Mandailing, M Dolok Lubis dalam Bukunya “Mandailing; Sejarah, Adat dan Arsitektur Mandailing” menjelaskan bahwa keberadaan Mandailing sudah diperhitungkan sejak abad ke-14 dengan dicantumkannya nama Mandailing dalam sumpah Palapa Gajah Mada pada syair ke-13 Kakawin Negarakertagama hasil karya Prapanca sebagai daerah ekspansi Majapahit sekitar tahun 1287 Caka (1365) ke beberapa wilayah di luar Jawa.

Berabad sebelum Prapanca, di Mandailing telah tumbuh masyarakat berbudaya tinggi (berdasarkan catatan sejarah serangan Rajendra Cola dari India pada tahun 1023 M ke Kerajaan Panai) di hulu sungai Barumun atau di sepanjang aliran sungai Batang Pane mulai dari Binanga, Portibi di Gunung Tua hingga lembah pegunungan Sibualbuali di Sipirok. Hal ini ditandai dengan adanya masyarakat bermarga pane di Sipirok, Angkola dan Mandailing.

Budayawan Mandailing, Z Pangaduan lubis dalam bukunya ‘Kisah Asal-usul Marga di Mandailing’. Nama Mandailing disebut berasal dari kata Mandehilang (bahasa Minangkabau, artinya ibu yang hilang). Kata Mundahilang, kata Mandalay (nama kota di Burma) dan kata Mandala Holing (nama kerajaan di Portibi, Gunung Tua) Munda adalah nama bangsa di India Utara, yang menyingkir ke Selatan pada tahun 1500 SM karena desakan Bangsa Aria. Sebagian bangsa Munda masuk ke Sumatera melalui pelabuhan Barus di Pantai Barat Sumatera.

Mandailing memiliki riwayat asal usul marga yang diyakini berawal sejak abad ke-9 atau ke-10. Mayoritas marga yang ada di Mandailing adalah Lubis dan Nasution. Nenek Moyang Marga Lubis yang bernama Angin Bugis berasal dari Sulawesi Selatan.

Angin Bugis atau Sutan Bugis berlayar dan menetap di Hutapanopaan (sekarang Kotanopan) dan mengembangkan keturunannya, sampai pada anak yang bergelar Namora Pande Bosi III. Marga Hutasuhut adalah generasi berikutnya dari keturunan Namora Pande Bosi III, yang berasal dari ibu yang berbeda dan menetap di daerah Guluan Gajah.

Marga Harahap dan Hasibuan juga merupakan keturunan Namora Namora Pande Bosi III yang menetap di daerah Portibi, Padang Bolak. Marga Pulungan berasal dari Sutan Pulungan, yang merupakan keturunan ke lima dari Namora Pande Bosi dengan istri pertamanya yang berasal dari Angkola.

Sedangkan pembawa marga Nasution adalah Baroar Nasakti, anak hasil pernikahan antara Batara Pinayungan (dari kerajaan Pagaruyung) dengan Lidung Bulan (adik perempuan Sutan Pulungan) yang menetap di Penyabungan Tonga.

Moyang Marga Rangkuti dan Parinduri adalah Mangaraja Sutan Pane yang berasal dari kerajaan Panai, Padang Lawas. Keturunan Sutan Pane, Datu Janggut Marpayung Aji dijuluki ‘orang Nan Ditakuti’, dan berubah menjadi Rangkuti yang menetap di Huta Lobu Mandala Sena (Aek Marian).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejarah mandailing

Asal Asul Mandailing, Sejarah dan Kebesaran Marga-marga MANDAILING  kini ramai diperbincangkan publik menyusul pernikahan puteri Preside...